Aku sebatang kara
Menatap pantulan muka di kaca
Dan berfikir..
Kenapa aku ini?
Kenapa aku seperti banci?
Yang selalu berlagak tuli
Saat mereka memanggil
Dan membuat mereka benci
Tapi bagiku itu adalah teriakan ejekan
Hanya membuat emosian
Dan menusuk batin jiwa
Aku seorang terbuang
Yang tak pernah dipandang
Tak pernah dianggap
Tak diubris
Miris...
Aku menyilangkan kaki dua
Memaksa otak berjalan
Mengingat masa belakang..
Bagai deja vu yang menyerang
Aku terbengong
Sebegitu bencinya kah mereka kepadaku?
Mengapa mereka selalu melangkah menjauh?
Bapak pun seolah tak mengenal
Bak rumput liar
Tak pernah dipandang
Tak sedikitpun diubris
Sadis..
Aku sebatang kara
Menatap lagi pantulan muka
Di kaca dan berkata:
“Apa karna aku brewok?
Apa muka ini tak pantas dipandang?
Sebegitu haramnya kah aku?”
Aku menyilangkan kaki dua
Memaksa otak berputar
Mencoba cari cara mencari teman..
Aku butuh seseorang
Membantuku membeli beas
Perutku berdemo
Berbondong-bondong meminta suapan nasi
Tapi.. apa daya?
Aku anak cacat
Anggota tubuh tak ada di tempat
Terpotong dan terbeset
Hingga membuat aku cacat
Kaki buntung, mata hilang
Tangan budug tak berguna
Aku mencoba mengesot lagi
Menggesek tubuh hingga keluar
Mencoba mencari suapan nasi
Melewati batuan tajam dan pasir yang kejam
Meninggalkan sejenak istanaku
Aku berharap, semoga mereka yang bernurani bisa memandangku..
YOHANA LITASARI
19-112-116-5
IX C / 36
No comments:
Post a Comment